Penjelasan Tentang Syafaat

pengertian dan dalil syafaat

Pengertian Syafaat

Menurut bahasa “Syafa’at” mepunyai pengertian pertolongan. Syafa’atan hasanatan, berarti suatu pertolongan yang membawa kepada kebagusan. Dan syafa’atan sayyiatan, adalah suatu pertolongan yang membawa kepada kemungkaran. Di dalam pembahasan di sini yang dimaksud adalah syafa’atan hasanatan.

Menurut istilah adalah memohonkan kebaikan dari atau oleh orang lain untuk orang lain.

الشفاعة سؤال الخير من الغير للغير

“Yang disebut syafa’at adalah memohonkan kebaikan dari atau oleh orang lain untuk orang lain”.

الشفاعة هي السؤال في التجاوز عن الذنوب من الذي وقع الجناية في حقه

“Syafa’at adalah permintaan pengampunan beberapa dosa dari orang yang melakukan kesalahan”. (Kitabu Al-Ta’riifaat, Ali Bin Muhammad Al-Jarjaniy, Sangkapurah, Jiddah, hal. 127)

Atau mudahnya, mengusahakan kebaikan bagi orang lain. Atau memberikan jasa-jasa baik kepada orang lain tanpa mengharap upah atau imbalan jasa. Memberi jasa, baik diminta maupun tidak diminta. 

Di dalam penggunaan istilah, pada umumnya sebutan “Syafa’at” dipakai untuk pertolongan yang khusus dari Kanjeng Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam. Sedangkan pertolongan yang diberikan oleh selain Kanjeng Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam umpamanya oleh para Wali yang lebih tua umurnya di sebut barokah atau doa restu, bantuan, dukungan atau jangkungan, sesungguhnya semua itu tidak lain adalah syafa’at juga namanya. Syafa’at dalam arti pertolongan. 


Syafa’at Kanjeng Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam itu dapat terjadi di dunia dan ahirat. Yang di dunia antara lain dan ini yang paling berharga dan tak ternilai dengan harta adalah iman dan islam di dada setiap muslim dan mu’min. Boleh dikatakan bahwa syafa’at, Islam tuntunan Rasululloh shallallohu ‘alaihi wasallam adalah syafa’at Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam. Dan seperti kita sadari dari kenyataan bahwa tuntunan Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam tersebut disalurkan dan disampaikan kepada kita melalui proses yang panjang. Melalui para sahabat radliyalloohu Ta’ala ‘anhhu, kepada para Tabi’in kepada para Tabi’I Al-Tabi’I, para Ulama salaf, para Auliya’, para Sholihin, para Ulama Khalaf, para Kiai, para cendikiawaan, para Ustadz, para guru ahirnya sampai kepada kita. Berarti mereka-mereka itu adalah perantara antara kita dengan Junjungan kita Kanjeng Nabi Muhammad Rasululloh shallallohu ‘alaihi wasallam. Mereka itu adalah penyambung / penyalur syafa’at Rasul shallallohu ‘alaihi wasallam kepada para lapisan masarakat. Dapat kita fahami bahwa mereka dapat menjalankan fungsinya sebagai penyalur safa’at adalah juga dari safa’at Rosululloh shallallohu ‘alaihi wasallam. Dan begitu seterusnya, sambung bersambung. Tanpa Rosululloh shallallohu ‘alaihi wasallam mereka tidak dapat melakukan hal-hal seperti itu, dan kita pun tidak akan memiliki iman dan islam dan faham-faham keagamaan seperti ini.

Begitu gambaran luasnya safa’at Rosululloh shallallohu ‘alaihi wasallam di dunia ini, dan begitu penting dan berharga bagi kita para ummat sehingga kita tidak mampu menghitung-hitung betapa besarnya nilai safa’at Rosululloh shallallohu ‘alaihi wasallam itu. Suatu pertolongan yang sangat kita butuhkan. Kita butuhkan untuk membawa diri kita kepada kebaikan, kesejahteraan dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirot. Kita butuhkan untuk membebaskan dan menyelamatkan diri kita dari bahaya kejahatan dan kekejian yang akan membawa kepada kesengsaraan dan kehancuran dunia akhirat.

Adapun safa’at kanjeng Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam di akhirot kelak, yang disebut "SAFA’ATUL ’UDHMA” adalah pertolongan agung yang sangat dibutuhkan oleh seluruh ummat manusia di padang mahsyar kelak di akhirat. Di padang mahsyar itu nanti, seluruh ummat manusia dari zaman nenek moyang kita, Kanjeng Nabi Adam’laihis – sholatuwassalam sampai manusia yang terakhir menemui hari Qiyamah dikumpulkan semua. Terjadilah suatu peristiwa yang maha dahsyat, suatu tragedi kebingungan ummat manusia yang memuncak dan belum pernah dialami sebelumnya. Di bawah pembakaran terik panas sinar matahari yang pada saat itu dikebawahkan oleh Alloh hanya tinggal setinggi galah, tiap-tiap manusia mengalami problem-problemnya sendiri-sendiri sebagai akibat tindak lakunya ketika hidup di dunia.

Di sebut  “Yaumul-hasyri” atau hari berkonfrontasi saling berhadap-hadapan satu sama lain. Baik bapak baik ibu, baik anak baik saudara dan sebagainya saling tuntut-menuntut, saling tuduh-menuduh satu sama lain. Satu sama lain melarikan diri ketakutan takut terkena tuntutan.

Pertolongan mutlak milik Alloh, dan kehendak Alloh mutlak tidak ada yang mencampurinya, termasuk Alloh berkehendak memberikan hak syafa’at bagi makhluknya, misalnya ; kepada Rosul utusan-NYA, syafa’at Rosul ini adalah dengan izin Alloh dan tidak mengurangi milik Alloh yang mutlak seperti firman Alloh SWT.
قل لله الشفاعة جميعا
Katakanlah ; “Hanya kepunyan Alloh Syafa’at itu semuanya  (39- Az-Zumar : 44 )


Ada sebagian orang berpendapat bahwa dengan ayat tersebut selain Alloh tidak dapat memberi syafa’at,  sehingga mohon syafa’at kepada Rosululloh Shollallohu 'alaihi wa sallam sama artinya dengan syirik dan sesat.

Dengan menggunakan ayat tersebut, sebagai dasar bagi pendapatnya bukan pada tempatnya, ada dua alasan untuk menolak pendapat tersebut   :

  1. Tidak ada satu ayat pun dan hadits yang melarang permohonan syafa’at kepada Rosululloh  shollallohu 'alaihi wa sallam . 
  2. Ayat di atas tidak menunjukan larangan mohon syafa’at, namun searti dengan ayat–ayat lain yang menjelasakan kemutlakan kekuasaan Alloh sebagai Penguasa Tunggal yang tidak tersaingi oleh suatu apapun. Hal ini mempunyai pengertian bahwa Alloh dapat menganugrahkan apa dan siapa saja sesuai kehendaknya,
Firman Alloh dalam Al- Qur’an yang menerangkan tentang anugerah  Alloh memberikan syafa’at kepada hamba-Nya seperti di bawah ini.
ولايملك الذين الشفاعة الامن شهد بالحق وهم يعلمون

“(Tuhan-tuhan) yang mereka sembah, selain dari padanya, tiada mempunyai syafa’at (pertolongan), kecuali orang-orang yang mengaku dengan kebenaran, sedang mereka mengetahui”. (QS. Al-Zukhruf: 86)
يومئذ لاتنفع الشفاعة الامن اذن له الرحمن ورضي له قولا

“Pada hari itu tiada bermanfaat pertolongan, kecuali orang yang telah diizinkan oleh Yang Maha Pengasih dan disukai perkataannya”.


Syafa’at bukan lain adalah memohonkan kebaikan dari orang lain untuk orang lain. Dan ayat tersebut menunjukkan bahwa ada sebagian mahluk Allah  yang dianugerahi dapat memberi syafaat kepada yang lainnya. Kalau toh ada ayat-ayat yang tidak mebenarkan adanya syafa’at, seperti : QS. Al-Baqqrqh: 48, 123 dan QS. Al-Muddatsir: 48, semua ayat ini berhubungan dengan orang-orang musyrik.


Mohon syafa’at kepada Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam berarti seseorang mohon supaya Beliau Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam  sudi memberikan pertolongan untuk memohonkan kepada Alloh Subhaanahu wa ta'aala agar Alloh berkenan mengabulkan permohonan tersebut.

Dalil Tentang Syafaat

Tentang siapa dan apa yang dapat memberi syafa’at dengan izin Alloh telah dijelaskan dalam beberapa hadits, antara lain :

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : يشفع يوم القيامة  ثلاثة , الأنبياء ,ثم العلماءثم الشهداء (روه ابن ماجه عن عثمان رضى الله عنه )

Rosululloh  shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda : “Yang dapat memberi syafa’at besuk pada Yaumul Qiyamah ada tiga ; yaitu  para Anbiya’ kemudian para Ulama’ kemudian para Syuhada’ (HR. Ibnu Majah dari Utsman RA.)  

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم :يشفع الشهيد فى سبعين من اهل بيته (روه ابو دوود عن ابى الدرداء)

Rosululloh  shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda  “Seorang mati syahid akan memberi syafa’at pada 70 orang dari Ahli baitnya”  (HR. Abu Dawud dari Abi Al-Darda’ ) 

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : انا سيد ولد أدم ولا فخر وانااول من تنسق  عنه الارض وانااول شافع واول مشفع , بيدى لواء الحمد تحته أدم فمن دونه  (رواه الترميذ وابن ماجه عن ابي سعيد الحذري والحكم عن جابر باسناد صحيح )

Rosululloh  shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda  : “Aku adalah sayyid dari cucu anak Adam dan tidak membanggakan diri dan Aku adalah orang yang pertama dibangunkan dari kubur, dan Aku adalah orang pertama yang memberikan syafaa’t dan orang pertama yang diterima syafa’atnya, di tangan-Ku-lah bendera puji dan di bawah bendara itu bernaung Nabi Adam kemudian orang-orang lainnya. (HR. At-Tirmidzi dan Ibu Majah dari Abi said Al- Hudriyyi dan Al-Hakim dari Jabir RA)
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : من زار قبرى وجبت له شفاعتى (رواه ابن عدي والبيهقىعن ابن عمر)

“Rosululloh  shollallohu 'alaihi wa sallam  bersabda  : barang siapa  ziarah ke kuburku maka wajib atasnya syafa’atku”.(HR.  Ibnu Adi dan Baihaqidari Ibnu Umar ).

التشفع بالنبي صلى الله عليه وسلم في كل مكان نافع فلم يقبل الاالوصول الى النبي صلى الله عليه وسلم (شـواهد الحق : 203)

“Tasyaffu’an kepada Kanjeng Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam, di tempat manapun adalah manfa’at, dan pasti diterima oleh Kanjeng Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam”. (Syawahudu Al-Haq : 203)


وانه صلى الله عليه وسلم مقبول الشفاعة عند الله في الدنيا والاخرة ويتوسلون به اليه تعالى ليبـلغهم مناهم في دنياهم وأخراهم فقد شاركوا في هذا المعنى اعلم العلماء (شـواهد الحق : 45)

“Dan sesungguhnya Kanjeng Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam itu pasti makbul diterima syafa’atnya di sisi Allah baik di dunia maupun di akhirat. Dan orang-orang Islam sama berwasilah kepada Kanjeng Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam dalam memohon kepada Allah Ta’ala agar Kanjeng Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam berkenan menyampaikan hajat keinginan mereka di dunia dan akhirat. Maka para Ulama yang Alim-alim telah sepakat di dalam pengertian tersebut”. 

Memohon syafa’at kepada Rosululloh  pada masa hidup-NYA atau sepeninggal-NYA sama saja dalam hukum Islam yang di bawah oleh Nabi  Muhammad ini, sehubungan dengan orang yang mati sabilillah tidak dapat disamakan dengan umumnya manusia tentang bagaimana keadaan setelah pindah ke alam barzah Alloh Subhaanahu wa ta'aala  menjelaskan dalam Firman-Nya : 

ولاتقولوا لمن يقتل في سبيل الله اموات بل احياء ولكن لاتشعرون    

“Dan janganlah kalian berkata: Bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan sebenarnya mereka itu hidup di alam lain, tetapi kalian tidak menyadarinya” (QS. Surat Al Baqoroh 154).

ولا تحسبن الذين قتلوا فى سبيل الله أمواتا بل أحياء عند ربهم يرزقون

“dan janganlah kalian mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Alloh itu mati, bahkan mereka itu (sebenarnya) hidup di sisi Tuhannya dan mereka memperoleh rizqi (kenikmatan besar) (QS. Ali Imrom 169)

Berdasarkan ayat di atas orang gugur di jalan agama Alloh tetap hidup di sisi Alloh apa lagi para Ambiya’ dan Rosul serta orang-orang sholih seperti para Shahabat Nabi.


Apa gunanya Agama menganjurkan kepada kita untuk mengucapakan salam kepada yang telah meninggal, kalau kita tetap berpendapat bahwa mereka mati seperti manusia pada umumnya, bukankah hal ini betentangan dengan ayat tersebut ? dan bagaimana hukumnya bila seseorang sudah tidak iman kepada ayat Al-Qur’an  ?

Untuk lebih jelasnya Rosululloh  shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda  :  
حياتى خير لكم ومماتىخيرلكم, واماحياتى فاسن لكم السنن واشرع لكم الشرائع, واما مماتى  فان اعمالكم تعرض فما رأ يت  منها حسناحمدت الله عليه وما رأيت سيئا استغفرت الله لكم  (رواه البزارعن ابن مسعود باسناد صحيح)

Hidup-Ku adalah kebaikan bagi kamu sekalian dan kematian-Ku-pun kebaikan bagi kamu serkalian. Adapun Hidup-KU maka AKU memberikan tuntunan berbagai sunnah kepada kamu sekalian dan mengajarkan berbagai macam Syari’at kepada kamu sekalian. Sedangkan kematian-KU (yang juga kebaikan bagi kamui sekalian), oleh karena sesungguhnya amal-amal kamu sekalian diperlihatkan kepada-Ku. Maka apa saja yang aku lihat dari padanya kebaikan, AKU memuji kepada Alloh atas kebaikan itu, dan apa AKU melihatnya keburukan, maka AKU memohonkan ampunan kepada Alloh kepada kamu sekalian (HR. Al-Bazzar dari Abdulloh bin Mas’ud derngan sanad yang shohih).

ما من احديسلم علي الارد الله على روحى حتى اردعليه السلام (رواه احمد وابو دوود)

Setiap salam yang disampaikan kepada-Ku oleh seseorang, Alloh akan menyampaikan kepada Roh-Ku agar Aku menjawab salam itu. (HR. Ahmad dan Abu Dawud )

Dalam hal ini sebagian Ulama berpendapat yang berhubungan dengan kondisi Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam setelah wafat tetap seperti beliau shallallohu ‘alaihi wasallam masih hidup dan status orang yang berpendapat tentang tidak ada manfa’atnya setelah Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam meninggal dunia adalah pendapat yang sesat dan menyesatkan.

فمن اعتقد ان النبي صلى الله عليه وسلم لانفع به بعد الموت بل هو كأحد الناس فهو الضل المضل (تفسـير الصاوي ج  1: 161)

“Maka barang siapa beri’tikad, bahwa Kanjeng Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam tiada manfa’at sesudah wafatnya, bahkan beliau shallallohu ‘alaihi wasallam berbeda seperti perorangan manusia biasa, maka orang seperti itu adalah sesat dan menyesatkan”. (Tafsir Al-Shawi juz 1, hal. 161)

نقل السيد احمد دخلا عن ابي الموا هب الشا ذلي رضي الله عنه ا نه كان يقول : لله عباد يتولي تربيتهم النبي صلىالله عليه وسلم بنفسه من غير واسط بكثرة صلاتهم عليه صلىلله عليه وسلم
Sayyid Ahmad Dahlan menukil pendapat Abi Mawahib Asy-syadzali rodiyalloohu’anhu sesungguhnya ia berkata : “Alloh memiliki hamba-hamba yang bimbinganya dikuasakan kepada Nabi Muhammad shollallohu alihi wasallam tanpa perantara sebab banyaknya bacaan Sholawat mereka pada Nabi shollallohu alihi wasallam”. (Sa’daatu Al-Daroini : 511)

"Terima Kasih atas kunjungannya dan Mohon maaf atas kekurangannya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar